Selasa, 11 Desember 2018

Kita Berkotak-Kotak Sampai Kapan? Kapan Majunya Woyy!!!



Salah satu alasan dari beribu-ribu alasan mengapa Indonesia belum maju sampai hari ini adalah adanya perbedaan warna, hari ini masih lebih banyak yang meneriakkan warna masing-masing untuk memperoleh popularitas. Lupa akan cita Indonesia bahwasanya kita ini satu dalam naungan merah putih semua berhak memimpin lantas mengapa mesti mempersoalkan warna semisalnya dalam problematika kampus spesifiknya di organisasi-organisasi misalnya: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan lain sebagainya.

Pertanyaaannya mengapa kita perlu berkotak-kotak? Megapa kita perlu membeda-bedakan sedangkan kita dari Rahim Indonesia yang notabenenya terdiri dari banyak suku, ras, agama yang intinya kita bersifat pluralis. Sehingga, menyadari itu semua seharusnya tidak perlu mempermasalahkan warna apa sebenarnya yang harus memimpin, saya teringat dengan kutipan status senior saya (K Suriadi Asbar S. Hum) yang begini :
Cermin retak islam klasik terbagi menjadi tigabagian
1.      Wahabi adalah cermin retak dari Khawarij
2.      Islamisme atau fundamentalisme adalah cermin retak dari Muawwiyah bin Abi Sofyan
3.      Islam pluralisatau moderat adalah cermin retak dari Ali ben Abi Thalib Karramallahu Wajhahu
Sebuah pengistilaan dan kesimpulan analisis yang tajam dari Dr. Aksin Wijaya (pemikir dan akademisi) menurut saya, cermin retak klasik ini patut dijadikan landasan asasi untuk membaca pergerakankelompok atau organisasi islam yang muncul belakangan.


Sebagaimana tragedi kehancuran dinasti-dinasti itu semua karena adanya kefanatikan dalam berkelompok, saya kira kita semua paham bahwa dalam sejarah yang membuat hubungan itu retak adalah kefanatikan. maka dari itu marilah kita bersama-sama kembali kepada apa hikmah dari segala bentuk sejarah yang telah kita pelajari pun geluti.

 

Nah, kemudian saya disini meminta dengan hormat, sekiranya doktrin-doktrin dari dewan senior maupun pihak-pihak yang berstigma kotak-kotak sekiranya itu dihilangkan, karena inilah salah satu dari banyak faktor mengapa Indonesia belum menggenggam kemajuan sampai hari ini, menimbang terlebih bahwa kita semua adalah jurusan Sejarah Peradaban Islam, yang dimana jurusan yang mempelajari segalah betuk kesejarahan dari situasi dan kondisi cukuplah kiraya kita mengaplikasikannya dengan berbuat bijak dalam bersikap karena kita semua sama kita semua warga nugara Indonesai yang berhak menempati segalah ruang dalam berbagai bidang sesuai kompenen dan skil masing-masing. 

 


Sejarah itu adalah pelajran mari kita petik hikmah didalamnya dan bertindak dalam sentakan bijak

#Stop perbedaan warna kita semua satu Indonesai

Warna hanyalah wadah pengembang aspirasi dan bakat bukan pemisah dari tataran ruang.

 

Riskamylightpena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ABU BAKR AS-SIDDIQ #2

 **Abu Bakr As-Siddiq** (full name: **Abdullah ibn Abi Quhafah al-Taymi**) was the first caliph of the Rashidun Caliphate. He was given the ...