Salah
satu alasan dari beribu-ribu alasan mengapa Indonesia belum maju sampai hari
ini adalah adanya perbedaan warna, hari ini masih lebih banyak yang meneriakkan
warna masing-masing untuk memperoleh popularitas. Lupa akan cita Indonesia
bahwasanya kita ini satu dalam naungan merah putih semua berhak memimpin lantas
mengapa mesti mempersoalkan warna semisalnya dalam problematika kampus
spesifiknya di organisasi-organisasi misalnya: Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) dan lain sebagainya.
Pertanyaaannya mengapa kita perlu
berkotak-kotak? Megapa kita perlu membeda-bedakan sedangkan kita dari Rahim
Indonesia yang notabenenya terdiri dari banyak suku, ras, agama yang intinya
kita bersifat pluralis. Sehingga, menyadari itu semua seharusnya tidak
perlu mempermasalahkan warna apa sebenarnya yang harus memimpin, saya teringat dengan
kutipan status senior saya (K Suriadi Asbar S. Hum) yang begini :
Cermin
retak islam klasik terbagi menjadi tigabagian
1. Wahabi
adalah cermin retak dari Khawarij
2. Islamisme
atau fundamentalisme adalah cermin retak dari Muawwiyah bin Abi Sofyan
3. Islam
pluralisatau moderat adalah cermin retak dari Ali ben Abi Thalib Karramallahu
Wajhahu
Sebuah
pengistilaan dan kesimpulan analisis yang tajam dari Dr. Aksin Wijaya (pemikir
dan akademisi) menurut saya, cermin retak klasik ini patut dijadikan landasan
asasi untuk membaca pergerakankelompok atau organisasi islam yang muncul
belakangan.
Sebagaimana
tragedi kehancuran dinasti-dinasti itu semua karena adanya kefanatikan
dalam berkelompok, saya kira kita semua paham bahwa dalam sejarah yang
membuat hubungan itu retak adalah kefanatikan. maka dari itu marilah kita
bersama-sama kembali kepada apa hikmah dari segala bentuk sejarah yang
telah kita pelajari pun geluti.
Nah,
kemudian saya disini meminta dengan hormat, sekiranya doktrin-doktrin dari
dewan senior maupun pihak-pihak yang berstigma kotak-kotak sekiranya itu
dihilangkan, karena inilah salah satu dari banyak faktor mengapa Indonesia belum
menggenggam kemajuan sampai hari ini, menimbang terlebih bahwa kita semua
adalah jurusan Sejarah Peradaban Islam, yang dimana jurusan yang mempelajari
segalah betuk kesejarahan dari situasi dan kondisi cukuplah kiraya kita
mengaplikasikannya dengan berbuat bijak dalam bersikap karena kita semua sama
kita semua warga nugara Indonesai yang berhak menempati segalah ruang dalam
berbagai bidang sesuai kompenen dan skil masing-masing.
Sejarah itu adalah pelajran mari kita petik hikmah didalamnya dan bertindak dalam sentakan bijak
#Stop
perbedaan warna kita semua satu Indonesai
Warna
hanyalah wadah pengembang aspirasi dan bakat bukan pemisah dari tataran ruang.
Riskamylightpena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar